Judul Buku : Peringatan Bagi 8 Kelompok Manusia
Penulis : Allamah Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad
Penerbit : Nourabooks, Jakarta
Cetakan : Pertama, 2011
Tebal : 329 halaman
Peresensi : Supriyadi
Adalah Allamah Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad, seorang tokoh sufi besar yang pernah ada di dunia. Ia merupakan tokoh dunia yang pemikiran-pemikirannya tentang tasawuf begitu memiliki pengaruh besar bagi umat manusia. Bahkan, pengaruh tasawufnya pun meluas hingga ke Pulau Jawa. Ia adalah seorang tokoh bear dari Timur Tengah yang lahir di Tarim, Hadhramaut. Ia adalah seorang buta semenjak usia 4 tahun, akan tetapi kebutaan matanya tidak membutakan kecemerlangan pemikirannya dalam dunia tasawuf.
Salah satu karya yang pernah lahir dari buah pemikirannya adalah buku ini. Melalui buku ini, Sayyid menebarkan pemikirannya dengan petuah-petuah spiritualnya tentang tasawuf. Dunia tasawuf memang dirasa konservatif di era modern atau bahkan post-modern seperti sekarang ini. Namun demikian, bidang tasawuf tetap menjadi kebutuhan pokok manusia yang sesungguhnya untuk mengingatkan siapa identitas dirinya yang sebenarnya.
Melalui buku ini, Sayyid mengingatkan manusia dengan tasawuf. Yang menjadi sorotan adalah delapan golongan manusia yang rentan akan kejatuhan suatu kerusakan dan kepayahan. Namun demikian, yang paling mendapat sorotan adalah umat manusia yang tergolong dalam kelompok ulama.
Dalam pandangan luas dari perspektif agama (Islam), ulama adalah tokoh panutan dalam membuka gerbang keilmuan. Artinya, ulama merupakan golongan dari umat manusia yang bergelut dengan keimuan (ilmu pengetahuan). Dengan demikian, ulama memberikan suatu fatwa yang nantinya bisa dijadikan suatu keputusan atau ketetapan dalam kehidupan umat manusia.
Sebuah alasan yang tepat mengapa ulama menjadi golongan yang paling disorot oleh Sayyid adalah karena ulama merupakan panutan yang mampu memberikan pengaruh kepada seluruh umat manusia. Sebagian umat manusia akan mejadi baik jika keputusan ulama adalah baik, akan tetapi sebaliknya, sebagian umat manusia juga akan menjadi buruk ketika ulama memutuskan buruk suatu persoalan. Dengan demikian, ulama menjadi sosok sentral dalam bidang keilmuan.
Pengalaman pahit tentang ulama yang menyesatkan pernah terjadi. Ketika Dinasti Umayyah di Jazirah Arab berhasil mengambil alih kepemerintahan, ulama disewa untuk memalsukan ilmu pengetahuan guna menguatkan kekuasaan. Sementara itu, golongan oposisi dicitrakan buruk oleh ulama agar tidak mampu memberontak dan membangkang kepada kekuasaan yang sedang berlangsung. Akibatnya, berbagai penyelewengan pun terjadi sehingga merujuk pada suatu kesesatan.
Hal itu juga pernah terjadi pada masa Dinasti Abbasiyah. Ulama menggunakan media penguasa untuk memfitnah ulama yang lain. Akibatnya, ilmu pengetahuan yang benar secara ilmiah justru disalahkan sementara teori yang diusung oleh ulama yang memfitnah tersebut menjadi sebuah teori yang tidak valid dan terbantahkan. Bukankah hal itu telah menyesatkan umat manusia?
Sebenarnya, ulama itu bukan hanya terbatas pada persepsi agama (Islam) saja. Secara harfiyah, ulama adalah cendekiawan atau ilmuwan yang memiliki dedikasi tinggi terhadap ilmu pengetahuan. Golongan inilah yang sebenarnya mendapat seruan keras dari Sayyid jika saja mereka menyelewengkan kebenaran ilmiah suatu ilmu pengetahuan yang kemudian diaplikasikan dalam praktik kehidupan umat manusia. Hal itu sebagaimana para guru sofis pada masa Yunani Kuno yang menggunakan kepicikannya bersilat lidah untuk memberikan pengaruh terhadap masyarakat dan mendapatkan posisi penting di hadapan penguasa/raja.
Seperti itulah golongan ulama atau cendekiawan/ilmuwan mendapatkan seruan dan sorotan karena posisinya begitu berpengaruh bagi peradaban umat manusia di dunia. Namun demikian, sebenarnya tidak hanya gologan ulama saja yang mendapatkan sorotan dari Sayyid. Bahkan tujuh golongan lainnya, seperti penguasa, bisnisman, ahli ibadah, dan lain sebagainya juga menjadi objek seruan dari argumentasi Sayyid.
Akhirnya, dengan membaca buku yang berjudul “Peringatan Bagi 8 Kelompok Manusia” ini, para pembaca diajak untuk mendalami dunia tasawuf yang diperkenalkan oleh Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad. Buku ini diharapkan mampu memberikan pencerahan kepada para pembaca agar senantiasa berada pada zona aman secara sufistik-teologis. Memang benar bahwa dunia tasawuf kini semakin termarginalisasi karena sekularisme yang begitu marak, namun demikian tasawuf merupakan penyeimbang nurani manusia untuk sekadar bernaung dari hiruk-pikuk dunia yang fana menuju kehidupan yang abadi.
0 komentar:
Posting Komentar