resensi terbaru, pengertian resensi, contoh resensi, resensi novel, resensi buku, resensi cerpen, resensi laskar pelangi, arti resensi, resensi film

Kamis, 01 November 2012

Fairy Bad Day


REVIEW Fairy Bad Day
Oleh: Luckty Giyan Sukarno

Apa yang terlintas dalam pikiran saat mendengar kata PERI atau FAIRY?!? Mahluk kecil yang lucu? Dibandingkan dengan VAMPIR, saya suka PERI. Tahu kan Tinker Bell dalam Peter Pan?! Jaman kuliah, pas disuruh buat tugas tentang perpustakaan impian, saya buat rancangan perpustakaan judulnya: PETERPAN – PErpustakaan TERdePAN  ( ‘̀⌣‘́)9



Dan dalam kehidupan nyata, saya dan #OrdoBuntelan punya Peri Buku yang baik hati membagikan buntelan buku bagi pecinta buku. Saya pernah buat cerpen bertema Peri Bukuhttp://www.facebook.com/notes/luckty-giyan-sukarno/cerpen-peri-buku/10150145948492693
(◕‿-)

Emma Jones, tidak pernah bermimpi jika suatu hari nanti dia mendapatkan tugas sebagai pembasmi PERI. Pembasmi naga, selain terdengar lebih keren, adalah cita-citanya yang ingin mengikuti jejak ibunya yang terkenal sebagai pembasmi naga sepanjang masa. Ia adalah salah satu dari sedikit orang yang berminat pada naga. Dalam kenyataannya, Emma diberi tugas langsung oleh Kepala Sekolah Kessler sebagai pembasmi PERI!!

Mereka adalah salah satu mahluk elemental dan jika mereka masuk melalui Gerbang Linaria, maka mereka mahluk berbahaya. (hlm. 10)

Biasanya orang-orang yang berbakat melihat mahluk elemental cenderung berpasangan, karena sulit untuk bicara tentang elemental dengan orang biasa. Alasan lain mengapa para pembasmi cenderung untuk berpasangan adalah karena dalam sebuah perkawinan campuran, anak-anaknya hampir selalu buta. Bahkan sampai usianya delapan tahun, ketakutan terbesar Emma adalah ia juga akan seperti itu dan bahwa semua cerita menakjubkan yang diceritakan ibunya untuknya akan menjadi sekedar … cerita. Tapi kemudian hal itu terjadi.

Setiap makhluk elemental memiliki titik kematian. Pada naga titik itu ada di lehernya, pada iblis adalah dengan memotong jaringan syaraf tulang belakangnya. Pada goblin adalah jantungnya. (hlm. 153)

Yup, Emma harus berhadapan dengan peri yang harus dibasminya. Dan sebenarnya yang lebih berat adalah ketika dia harus berhadapan dengan Curtis Green, cowok yang telah merebut posisi impiannya sebagai pembasmi naga. Dan…CINTA dan BENCI biasanya beda tipis.. #ehm #uhuk #jleb #eaaa :p

Aku pikir karena Brenda selalu kelihatan berjalan sambil membawa buku kuno bersampul kulit, pasti ada tumpukan buku rahasia yang memang disimpan khusus untuk orang-orang yang benar-benar pintar, atau yang paling licik. Ternyata tidak. (hlm. 172)



Dia punya banyak sekali buku yang terlihat antik, dan aku ingat dengan jelas ia memberitahuku beberapa di antara buku itu hanya tersedia satu cetakan di seluruh dunia. (hlm. 176)



Cobalah untuk tidak terjaga sepanjang malam membaca buku, karena jika kau ingin mengalahkanku maka kau perlu tidur. (hlm.207)



Sampulnya terasa kering dan retak saat disentuh dan untuk sesaat ia membiarkan jari-jarinya tetap di atas buku itu sambil mencoba membayangkan ibunya melakukan hal yang sama. Halaman-halamannya yang tipis seperti wafer berbunyi gemeretak seolah-olah tak senang karena Emma mengganggunya, tapi Emma nyaris tak mempertahankannya saat ia mempelajari isinya. Buku itu adalah sebuah buku teks, tapi di sana-sini, dalam tinta yang pudar, ibunya menuliskan catatan dengan tulisan melingkarnya yang tak asing. (hlm. 239)

BUKU. Itulah salah satu rahasia yang harus Emma telusuri untuk membasmi peri. Suka banget deh ama Amanda Ashby si penulis buku ini yang mendeskripsikan buku dengan ciamik. Baca saja penggalan-penggalan kalimat di atas tentang rasa dan wujud buku.

Menurut WIKIPEDIA, Peri adalah istilah yang sering digunakan pada cerita rakyat, dongeng, fiksi untuk menggambarkan mahluk yang memiliki kekuatan gaib yang kadang kala turut campur dalam urusan-urusan manusia. Di Indonesia istilah peri sering digunakan dalam penerjemahan tokoh yang menggambarkan elf atau fairy (istilah dalam bahasa Inggris) dalam cerita fiksi maupun dongeng-dongeng dari Eropa. Pada kisah fiksi modern karakter Peri sering dipinjam dari versi aslinya dan digunakan dalam kisah fiksi fantasi masa kini dengan berbagai variasi penggambaran tergantung oleh penulis atau penciptanya.

Peri tampil sebagai tokoh penting dalam A Midsummer’s Night Dream karya William Shakespeare, yang berlatar di daerah berhutan dan Fairyland, di bawah cahaya bulan, dan gangguan alam yang disebabkan oleh perselisihan para peri menciptakan ketegangan yang mendasari plot dan menunjukkan tindakan karakter. Ini ada gambarnya:



Sastrawan yang sezaman dengan Shakespeare, Michael Drayton, menampilkan peri dalam ceritanya, Nimphidia. Peri juga muncul dalam The Rape of the Lock karangan Alexander Pope. Madame d’Aulnoy menciptakan istilah contes de fée (“kisah peri”, di Indonesia dikenal sebagai dongeng). Pada pertengahan 1600-an, muncul gaya sastra yang disebutprécieuses, sementara kisah-kisah yang diceritakan dengan précieuses meliputi banyak peri, peri kurang umum di negara lain; Grimm bersaudara memasukkan peri dalam edisi pertama cerita mereka, namun mereka berpendapat bahwa peri bukan asli dari Jerman sehingga mereka mengubahnya pada edisi kedua dengan mengganti tiap kata “Fee” (peri) dengan ahli sihir atau wanita bijak.

Buku ini tidak hanya seputar tentang kisah unyu-unyu, tapi ada ikatan batin antara seorang anak dengan ibunya yang sudah tiada. Buat cover ada perbedaan yang kontras. Versi asli mengenakan celana, sedangkan versi Indonesia mengenakan rok. Apa Emma bisa berlari membasmi dengan rok seketat itu?! Terlepas dari itu, saya suka cover versi Indonesia, terlihat lebih berwarna! Terima kasih buat @NouraBooks atas buntelan perdananya, semoga Peri Buku mengirimkan buntelan-buntelan berikutnya… (┌ ‘⌣’ )┌♥┐( ‘⌣’ ┐)



Kalimat favorit dalam buku ini:
Hanya karena aku tidak gila belajar, bukan berarti aku tidak bisa melakukannya saat aku perlu. (hlm. 166)
Sarapan adalah makan yang paling penting dalam satu hari. (hlm. 35)

Sssssttt….hati-hati!!

Peri-peri sangat membenci garam dan juga baja. (hlm. 251)

Keterangan Buku:

Judul                            : Fairy Bad Day

Penulis                          : Amanda Ashby

Penerjemah                  : Tria Barmawi

Penyunting naskah        : Richanadia

Desain sampul              : Windu Tampan

Penata Letak                : Novia Fajriani

Penerbit                        : Mizan Fantasi

Terbit                           : Desember 2011

Tebal                            : 427 hlm.

ISBN                           : 978-979-433-667-0

PS:

Di mention donk ama penulisnya, padahal belum ngereview!  #sombong #dikeplak



Di mention (lagi) pasca ngereview:
sumber: http://luckty.wordpress.com/2012/03/23/review-fairy-bad-day/

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Dapatkan Pemberitahuan Terbaru Tentang Modem Bolt, Klik Follow pada Gambar Berikut:

Resensi Buku Terbaru
Tags :

Related : Fairy Bad Day

0 komentar:

Posting Komentar