Judul : Perang Bintang 2014
Penulis : Burhanuddin Muhtadi
Penerbit : Noura Books
Terbit : I, Maret 2013
Tebal : xvi + 342 halaman
Peresensi : Abdullah Hanif
Setahun menjelang tahun politik 2014, desas desus tentang siapa yang mungkin akan menyalonkan diri sebagai Capres kian santer diperbincangkan. Beberapa namapun lahir sebagai jawaban dari desas desus tersebut. Namun perlu dicatat bahwa nama Susilo Bambang Yudhono (SBY) sudah barang tentu tak masuk dalam wacana tersebut. Pasalnya, ia telah dua kali menjabat sebagai presiden RI, 2004-2009 & 2009-2014.
Beberapa lembaga Survei juga telah turun tangan untuk mengadakan penelitian tentang siapa yang akan dipilih oleh rakyat pada Pilpres 2014 nanti. Misalnya, Lembaga Survei Saiful Mujani Reseach and Consulting (SMRC) yang pada akhir penelitiannya mengungkapkan 10 nama kandidat Capres yang populer di masyarakat. Jarigan Suara Indonesia (JSI) juga telah melakukan penelitian dan pada akhirnya mengeluarkan 16 nama.
Tak hanya nama politisi papan atas yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga penelitian tersebut, bahkan beberapa nama yang notabene tidak memiliki background sebagai politikus pun ikut terseret dalam wacana capres RI 2014. Sebut saja Promono Edhie dan Dahlan iskan. Tentulah hal itu mengejutkan publik, seorang yang tak terduga sebelumnya justru disebut-sebut akan menyalonkan diri sebagai Capres 2014.
Hiruk pikuk perihal capres ini pun mengundang perhatian sang pengamat politik kelas wahid Burhanuddin Muhtadi. Buku berjudul Perang Bintang 2014 ini merupakan manifesto analisa politik Bung Burhan tentang siapa saja yang bakal meramaikan bursa capres 2014 mendatang.
Menurutnya, secara prinsipil, setiap warga Indonesia memiliki hak yang sama, termasuk untuk menjadi Presiden. Semua orang berhak menjadi pemimpin Indonesia. Oleh sebab itu, di tengah krisis yang masih mendera Indonesia, diharapkan lahir pemimpin yang dapat menahkodai Indonesia ke arah yang lebih baik. Tak hanya itu saja, diharapkan pula calon presiden tersebut memiliki kemampuan untuk memimpin bangsa Indonesia yang majemuk (plural) ini. (hlm. 3)
Sebenarnya teka-teki capres 2014 sedikit banyak sudah terjawab lewat pemberitaan yang disuguhkan media massa, baik elektronik maupun cetak. Sosok yang paling gencar diberitakan menggantikan SBY adalah Ani Yudhoyono istri SBY. Ia dinilai bakal menggunakan kendaraan Partai Demokrat (PD), dan
disinyalir akan menggantikan posisi SBY pada 2014 nanti. Namun SBY buru-buru membantah isu tersebut.
Tidak hanya di tubuh partai berlambang Mercy saja yang mengusung nama untuk capres 2014. Hal serupa rupanya juga terjadi di tubuh Partai Gerindra, pimpinan Prabowo Subianto. Bahkan, sebuah group di situs jejaring sosial facebook pun telah terbuat, sebagai wadah koordinasi-mengusung nama putra begawan ekonomi Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo itu, sebagai calon Presiden 2014.
Di sisi lain partai Golkar juga mengajukan calon sendiri Abu Rizal Bakrie (ARB). Posisi ARB yang terpilih menjadi ketua umum, lantas menggiring persepsi publik dan suara-suara di internal Partai Golkar menjadikannya calon presiden Pemilu 2014. ARB memiliki popularitas, semenjak menjadi ketua umum Hipmi, ketua umum Kadin dan pengusaha papan atas dengan usaha Bakrie & Brothers. Berbekal inilah kekuatan ekonomi dan jaringan ARB mulai.
Sayangnya elektabilitas ARB tidak setinggi Jusuf Kalla (JK). Di mata publik JK memiliki track record bagus saat menjadi wakil presiden mendampingi SBY. Sementara ARB akibat Lumpur Lapindo namanya semakin tenggelam dan jauh dimensi elektoral.
Ketua umum Partai Nasional Demokrat (Nasdem) dan bos besar Metro TV, Surya Paloh, juga tak mau kalah gesit. Bahkan disebut-sebut ia bersikeras meminta rekomendasi partai Nasdem untuk maju ke RI 1. Kekekehan Surya Paloh ini memicu konflik antara dirinya dengan Hary Tanoesudibyo. Hingga berujung pada hengkangnya bos besar MNC TV tersebut keluar dari Nasdem dan bergabung ke Hanura. Akhirnya, kini Partai Nasdem menyatakan Surya Paloh adalah salah satu calon presiden yang akan mereka usung.
Sejumlah nama non politisi juga ikut muncul dan mendapat dukungan di jejaring situs sosial. Seperti Mahfud MD, Pramono Edhie, Sri Mulyani, Dahlan Iskan, Gita Wirjaman dan Djoko Suyanto. Mereka memang belum (atau malah tidak) memiliki kendaraan politik. Tokoh-tokoh ini terpilih lantaran citra di mata masyarakat yang baik.
Satu kandidat tak terduga yang paling kuat adalah sosok Gubernur DKI Jakarta terpilih, Joko Widodo (Jokowi). Berbagai pihak menilai Jokowi adalah calon presiden alternatif paling potensial pada Pemilihan Umum Presiden tahun 2014 mendatang. Bahkan dari hasil survei Jokowi unggul dalam 13 kriteria calon presiden menurut seratus responden terpilih dalam survei yang digelar Pol Tracking Institute. Ini artinya rakyat amat rindu dengan pemimpin populis seperti Jokowi.
Buku ini semacam kitab Primbon yang berisi ramalan ilmiah tentang sosok presiden (capres) yang akan menahkodai Indonesia pasca lengsernya SBY. Sebagai seorang pengamat politik, Bung Burhan menghadirkan buku ini tidak sedikit pun bertendensi politis memihak salah satu dari pihak capres tersebut. Ia hanya memprediksi lewat kejelian analisa politiknya. Selamat membaca. !!!
sumber : JATENG POS 28/04/2013
0 komentar:
Posting Komentar