resensi terbaru, pengertian resensi, contoh resensi, resensi novel, resensi buku, resensi cerpen, resensi laskar pelangi, arti resensi, resensi film

Kamis, 02 Mei 2013

Lari Kencang ala Dahlan



Jateng Pos, 10 Maret 2013
Judul               : Inilah Dahlan Itulah Dahlan
Penyusun       : Taufik Lamade dan Rohman Budijanto
Penerbit         : Noura Books, Jakarta
Cetakan          : I, 2012
Tebal              : xi + 240 halaman
ISBN                : 978-602-9498-88-2


Masih segar dalam ingatan kita, beberapa waktu lalu, pelbagai media massa pernah menurunkan headlineberita cukup bombastis. Yakni, aksi Dahlan Iskan mengamuk di pintu Tol kawasan Semanggi akibat antrean yang mengular. Seketika itu, Dahlan memutuskan membuka pintu tol dan membiarkan beberapa mobil melintas gratis untuk mengurai kemacetan. Hal ini dilakukan karena petugas datang terlambat pada pagi hari. Akibatnya, pelayanan fasilitas publik pun terhambat.    
Sontak pascaaksi itu, komentar pro dan kontra pun bertebaran. Ada yang menilai bahwa aksi Dahlan itu adalah aksi spontan, tegas, tanpa kompromi, dan murni demi menyelesaikan buruknya pelayanan publik. Tapi, ada pula yang menilai bahwa aksi itu tak lebih adalah pencitraan Dahlan demi menarik simpati publik. Bahkan, yang lebih ‘kejam’, bisa-bisanya para anggota DPR mengajukan hak interpelasi terkait aksi Dahlan.  
Terlepas hal itu, apapun komentar publik. Dahlan yang dulu tetaplah Dahlan seperti sekarang. Jika dulu, Dahlan dikenal sebagai sosok sederhana, ramah dan peduli terhadap sesama. Begitu juga sekarang. Buktinya, semenjak dia diamanati sebagai ‘nahkoda’ Jawa Pos, direktur utama PLN, dan kini sebagai Menteri BUMN, dia tetaplah orang yang rendah hati, pembelajar sejati, dan terpenting mau menghargai pendapat orang lain, meski itu musuhnya sekalipun.
Bukti riilnya banyak. Dahlan ikut berdesak-berdesakan di kereta api ekonomi, menghadiri rapat kabinet dengan naik ojek, tidur bersama warga desa, dan lain sebagainya. Pelbagai aktivitas itu ia jalani biasa-biasa saja. Tanpa ada tendensi pencitraan apalagi kepura-puraan. Semua itu berjalan secara alami dan apa adanya.     
 Dahlan bukanlah sosok perfeksionis, gila jabatan dan harta, ingin dihormati sebagaimana lazimnya para birokrat yang cenderung lebih menonjolkan tampilan luar daripada hasil kerja. Sebaliknya, Dahlan justru adalah orang yang ‘gila kerja’ dan sosok pendobrak, meminjam kata Mahfud MD, terhadap kejumudan politik dan pemerintahan. Ia juga seorang yang  inspiratif, berani menciptakan terobosan jitu ditengah kebuntuan, serta yang tak kalah penting ia selalu punya alasan yang kuat dan hampir tak terbantahkan.  
Kehadiran buku berjudul “Inilah Dahlan Itulah Dahlan” ini bermaksud mengupas detail sosok Dahlan Iskan dari pelbagai sudut pandang. Buku ini sebenarnya adalah kumpulan artikel dari beberapa penulis ternama yang pernah dikirimkan ke Jawa Pos. Tapi, karena alasan tertentu, Jawa Pos tidak dapat memuatnya. Bukan karena tulisan itu tidak layak muat, tapi Jawa Pos punya kebijakan lain, yakni menjaga jarak dengan Dahlan Iskan—bos yang pernah membesarkan Jawa Pos. Maka, daripada tulisan itu dikembalikan kepada penulisnya masing-masing atau mangkrak tak bernasib, akhirnya Taufik Lamade dan Rohman Budijanto menggagas untuk menerbitkannya dalam bentuk buku.  
Dalam buku ini, setidaknya ada 31 artikel yang membahas sosok Dahlan Iskan dengan pendekatan perspektif yang beraneka ragam. Diantara sekian banyak artikel yang ada, saya paling tertarik dengan dua judul artikel; Pelajaran dari Antusiasme (Suwondo) dan Lari Kencang Menteri Dahlan (Rhenald Kasali).
Pada judul Pelajaran dari Antusiasme, saya suka dengan gaya bahasa bertutur Suwondo yang sistematis, renyah, dan tak ada kesan menggurui. Meski materi tulisannya sederhana, tapi sarat makna penting bagi masa depan bangsa Indonesia. Dikatakan, ada empat pelajaran penting yang bisa ditiru dari sosok Dahlan; yakni pelajaran tentang antusiasme, pelajaran tentang cara menyederhanakan masalah, pelajaran tentang mendengarkan pendapat orang lain, serta pelajaran tentang transformasi semangat.
Sementara pada judul Lari Kencang Menteri Dahlan, saya tertarik dengan uraian Rhenald Kasali dalam menganalisa persoalan lewat pendekatan leadership. Ia membuat dua penamsilan dalam memaknai kinerja pemerintah, yakni ‘kucing’ dan cheetah. Ia menamsilkan ‘kucing’ sebagai metafora untuk menggambarkan pekerja yang lambat dan malas, sehingga mengakibatkan hasil kinerja yang buruk. Dan ia juga menamsilkan cheetah untuk menyebut para pekerja yang gesit, larinya kencang, siap bertarung, dan fokus pada tujuan utama. Rhenald berpesan pada Dahlan bahwa perlu adanya perubahan kultur ‘kucing’ ke kultur cheetah di tubuh BUMN agar larinya bisa kencang dan lebih hebat daripada kementrian-kementrian lain.  
Buku ini lain dari pada yang lain. Harus diakui, buku yang membicarakan Dahlan Iskan memang banyak. Tapi, buku yang benar-benar “menelanjangi” Dahlan dari beragam perspektif dan dengan pendekatan konsentrasi yang berbeda-beda jarang ditemukan atau nyaris belum ada.
Singkat kata, buku ini di satu sisi adalah jawaban nyata atas beragam kesan miring ihwal kinerja pemerintah yang amburadul dan cenderung lamban dengan pembuktian kinerja Dahlan. Tapi di sisi lain, buku ini juga sebagai ‘pengorek telinga’ para politisi ‘buta mata’ yang cenderung mengutamakan tampilan daripada kinerja riiil. Masih terlalu dini kiranya jika Dahlan diberikan puja-puji yang berlebihan. Masih banyak pekerjaan dan tanggung jawab yang menumpuk bagi Dahlan untuk segera diselesaikan. Ada waktunya sendiri menuliskan tinta sejarah emas. Selamat lari kencang Pak Dahlan!
Peresensi adalah Ammar Machmud, alumnus IAIN Walisongo Semarang

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Dapatkan Pemberitahuan Terbaru Tentang Modem Bolt, Klik Follow pada Gambar Berikut:

Resensi Buku Terbaru
Tags :

Related : Lari Kencang ala Dahlan

0 komentar:

Posting Komentar